WELCOME TO MY PERSONAL BLOGER : "FOY, TABEA, TAOP SONG, MAHIKAI, SWEII, AMULE MENO, NAYAK, WAINAMBEY, ACEM AKWEI, ABRESO..!!

Rabu, Agustus 28

Intelektual Indonesia Berpikir dan Berbicara Soal West Papua

Prof. Dr. Amien Rais
Penundaan yang berkepanjangan soal penyelesaian status politik dan metode penyelesaian permasalahan West Papua telah memicu beragam fakta tersingkap, issu Papua bukan lagi issu segelintir atau issu kesejahteraan atau hanya domain pemerintah belaka, justru situasi telah memberikan deskripsi bahwa Papua adalah agenda dikubur dalam tubir masalah.

Prinsip negarwan sejati telah menyebabkan mereka ini sebagai tokoh nasionalis berpikir dan angkat bicara soal west Papua.

Prof. Dr. H. M. AMIEN RAIS
Senin, 5 Juni 2000
Mantan Ketua MPR-RI (Periode 1999 – 2004) ini pada satu kesempatan wawancara di TVRI pada, Senin, 5 Juni 2000.Pukul. 19.15. Wib. “Seharusnya Pemerintah tidak menganggap masalah Papua sebagai masalah yang remeh, ini lebih gawat dari krisis moneter, IMF dan lain sebagainnya karena masalah Papua mengancam keutuhan territorial. Masalah ini amat serius, dan ini repot sekali.
Seharusnya, ada tindakan yang tegas dari pemerintah untuk menyelesaikan masalah Papua, jika, hal yang sangat mungkin, api yang saat ini sudah menyala, bias melebar sehingga lambat laun bias-bisa sulit dipadamkan dan Papua pisah dari Indonesia. Ia, yakin masalah Papua bisa di selesaikan dengan acara DIALOG DAN DAMAI.

Dr. IKRAR NUSA BHAKTI
SekitarTahun2002
Sejak dulu hingga kini, persoalan irian jaya bukan hanya persoalan antara Indonesia danpenduduk Papua, MELAINKAN JUGA PERSOALAN YANG MENYANGKUT INTERNASIONAL.Ia bukan hanya mengaitkan hubungan antara masyarakat dan pemerintah, antara pemerintah dan pemerintah, tetapi juga antar gereja..!

GEORGE YUNUS ADICONDRO
“Dari Kacamata yang lebih netral, hal-hal apa saja yang dapat membuat klaim Indonesia atas daerah Papua Barat ini PANTAS UNTUK DIPERTANYAKAN KEMBALI”.
George Yunus adalah antropolog (akademisi) dan pemerhati masalah west papua.

ADNAN BUYUNG NASUTION
Rabu, 16 Desember 2011
Tinggal soal waktu saja,… “kita senang atau tidak, mau atau tidak, kita akan kehilangan Papua”,  karena KITA GAGAL MEREBUT HATI ORANG PAPUA DAN ITU KESALAHAN BANGSA SENDIRI DARI AWAL.
Nasution, kini pengacara papan atas di Jakarta adalah aktifis pendiri organisasi Persatuan Advokat Indonesia juga sebagai Pendiri Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI).

Prof. Dr. H.M. AMIEN RAIS
Rabu, 27 Februari 2013
Patriotisme kita sudah jauh kehilangan arah, misalkan persoalan papua, di sana terjadi berbagai kekerasan dan pelanggaran HAM, Namun BERBAGAI PERSOALAN YANG TERJADI  DI PAPUA BELUM MENDAPAT PERHATIAN SERIUS DARI PEMERINTAH, PEMERINTAH PUSAT SAMA SEKALI TIDAK PEDULI.
Saya mengikuti perkembangan Papua, hampir, ya tiap malam lewat internet itu, sesungguhnya mereka sudah sangat jauh, “KITA SUDAH KETINGGALAN KERETA”.
Pernyataan : disampaikan Amin Rais, pada Rakornas Instruktur dan Perkaderan PAN di kantor DPP PAN. Jl. TB Simatupang, Jakarta Selatan (Rabu/27/02/13).

Resource : diolah dari berbagai sumber  


Jumat, Agustus 23

Sawit, Politik Reboisasi Lahan Deforestasi

TOFOI (TELUK BINTUNI) : Puluhan Ribu Hektar lahan milik masyarakat adat Sumuri di Pesisir Barat Teluk Bintuni boleh jadi saksi bisu ganasnya politik reboisasi lahan. Awalnya lahan sawit ini adalah hutan, oleh masyarakat disebut padang agoda, lahan ini membentang dari Agoda hingga Tomage (Sumuri). Pertama kalinya, kedatangan perusahan ke wilayah ini hanya melakukan penebangan pada kayu Agatis, antara tahun 1980, sekitar tahun 1990-an operasi berubah dan menyasar berbagai macam kayu yang ada disekitar hutan masyarakat adat sumuri tersebut.

Kampung Tofoi, Distrik Sumuri
Kayu merbau, damar dan –lain lain telah dirobohkan oleh alat-alat berat milik perusahan, kayu-kayu ini telah dipasok (ekspor) oleh perusahan PT. Agodawaihitam Jobsite ke luar negri baik dalam potongan kayu bulat maupun log. Meluasnya operasi kayu yang masif dalam jangka waktu yang lama akhirnya stok pohon penghasil kayu-kayu tersebut berkurang bahkan habis di tahun 1996. menurut informasi seorang tokoh masyarakat adat Sumuri Yan Ateta, “Agodawaihitam melancarkan operasi pada tahun 1981an hanya fokus pada kayu agatis, selanjutnya tahun 1990an Jayanti Group masuk dan membabat semua kayu yang ada dilahan- lahan tersebut, tidak hanya agatis, kayu merbau, damar dan-lainnya juga jadi sasaran operasi Jayanti Group”.

Puluhan ribu lahan inipun akhirnya menjadi lahan yang hampa akibat laju deforestasi tanpa kendali oleh perusahan pemegang HPH tersebut. Akhirnya untuk melaksanakan amanat peraturan dan ijin oleh pemerintah terhadap penebangan hutan kayu,. Perusahan yang kala itu lakukan investasi kayu di hutan masyarakat adat sumuri akhirnya berpikir untuk dilakukan reboisasi (penanaman ulang pepohonan) hutan yang telah mengalami deforestasi itu.

Upaya reboisasi akhirnya membelit masalah bagi perusahan, yaitu soal pengadaan pembibitan pohon. Mahalnya ongkos reboisasi ini, akhirnya membuat perusahan ambil jalan pintas dalam politik reboisasi. “Reboisasi lahan diubah dengan penanaman sawit pada puluhan ribu hektar lahan yang mengalami kerusakan”, sekitar tahun 1998 sawit ini tumbuh dan dikelolah tanpa rancangan AMDAL terhadap lahan tersebut. Kondisi ini makin memprihatinkan, puluhan tahun masyarakat adat sumuri Teluk Bintuni diduga dibohongi dengan politik lahan sawit ini.


Dorisara, Inanosa, Ateta, Bayuni, Siwana, Muerena dan Sodefa adalah marga marga yang seharusnya berhak atas kompensasi hutan tersebut, sayangnya marga-marga ini sampai saat ini hanya menjadi penonton yang dengan sedih melihat hutan mereka dibabat habis dan diubah dengan sawit sebagai politik reboisasi.

Sumber : Ditulis dari perjalanan ke Tofoi.

Kamis, Agustus 15

KNPB : parade for support "Dutch Free West Papua Campaign Office Opening"

Personal Doc 
Manokwari : Today (15/08), at the City of Manokwari West Papua, The National Committee of West Papua (KNPB) show their pharade for support Dutch Free West Papua Campaign Office Opening later on Thursday August, 15th, 2013. 

KNPB Manokwari spokesman man, Alexander Nekenem said : "we will support free west papua campaign office opening with our cultural pharade's, that we will involve everyone. he said also, the local police must to support us keep the security during our pharades". The theme of our parade is "Kami bangsa papua barat mendukung penuh pembukaan kantor di Belanda". 

For more, following the establishment of an OPM office in Oxford, UK earlier this year, on 15 August an OPM office will be opened in the Netherlands. [GMB/15]


Rabu, Agustus 14

"Narasi - Narasi Aneh"

Ist: tuduhan makar
SORONG : Untuk menyebutkan (koreksi) terhadap surat dakwaan No. Reg.Perk : PDM-92/Ep.1/Srong/06/2013 terhadap terdakwa Isak Kalabin adalah "Narasi narasi aneh". Surat Dakwaan diketahui menurut KUHAP (Kitab-kitab undang-undang hukum acara pidana)  pasal 143 ayat (1) dan ayat (2) memuat perihal anatara lain identitas terdakwa (pelaku tindak pidana) dan uraian peristiwa tindak pidana (kronologis) yang cermat menurut hukum atau undang-undang yang mengatur tindak pidana tersebut. Surat dakwaan yang tidak memenuhi ketentuan pasal 143 ayat (1) dan ayat (2) adalah batal demi hukum.

Namun fakta yang dapat tersingkap bahwa Narasi - narasi aneh dapat dijumpai pada surat dakwaan Isak Kalabin di Sorong sebagai surat dakwaan yang penuh bolong, entahlah apakah hal ini sebagai indikasi ketidakmampuan (pengetahuan) Jaksa Penuntut Umum soal rumusan surat dakwaan yang akurat atau ketidakmauan Jaksa untuk memproses kualitas dakwaan menurut hukum acara pidana ataukah bisa dipikirkan Penuntut Umum sengaja mengkondisikan kedaan ini (surat dakwaan) terjadi demikian.

Sangat konyol dan tidak masuk akal jika demikian, sebab dakwaan tindak pidana Kalabin adalah extra-ordinary-case yang miliki dimenasi tak terbatas. itu sama dengan salah mengajukan hukum untuk suatu tuduhan crime, kondisi yang meniderai prinsip persamaan dimuka hukum.

Membaca surat dakwaan Kalabin akan ditemukan penekanan yang menyebutkan tindak pidana "Telah melakukan permufakatan jahat untuk melakukan kejahatan yakni makar dengan maksud supaya seluruh atau sebagaian wilayah negara jatuh ke tangan musuh atau memisahkan sebagaian dari wilayah negara". Rangkaian kalimat ini dicuplik dari dari pasal 110 dan 106 KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana). Pendakwaan ini kemudian menuduh surat organisasi papua merdeka nomor : 02/TPN-PB/KDM II SORAPAT/II/2013 tertanggal 03 Februari 2013 untuk pertemuan 09 Februari 2013 sebagai rapat permufakatan jahat untuk "Pesta Mama" tanggal 1 Mei 2013. 

Ok, semua boleh setuju ada permufakatan jahat pada, 09 Februari 2013 tetapi seperti apa permufakatan jahat itu terjadi misalnya adakah kesepakatan di dalam uraian mengenai permufakatan itu ? siapa saja yang terlibat bermufakat ? apa isi (substansi) permufakatan itu ? jika hal ini tidak ada maka uraian surat dakwaan itu keliru sebagai "Narasi - narasi aneh"

Selanjutnya jika ada maksud memisahkan sebagian wilayah negara, luasan sebagaian wilayah negara itu seperti apa ? dimana terletak ? apakah itu bagaian dari permufakatan ?. ini kepincangan yang terdapat dalam "Narasi-narasi aneh", sehingga sudah tak sesuai lagi dengan pasal 143 KUHAP.[BS/end14]

Selasa, Agustus 13

Selimut tragedi di “Pesta Mama”

Prosesi Pemakaman Alm T. Blessia Foto Belantara
Pada hari Selasa, 30 April 2013 di Jalan Klalin, Kelurahan Aimas, Sorong diadakan pesta di rumah kediaman Bapak Isak Kalabin. Para undangan dari berbagai daerah di Sorong dan sekitarnya berdatangan untuk menghadiri pesta yang dikenal dengan sebutan pesta mama. Secara tradisional diakui “pesta mama” adalah manifestasi dari hubungan magis  antara manusia dengan tanah, dimana tanah secara kosmologis telah diyakini sebagai ibu/mama yang telah melahirkan dan membesarkan manusia. Pesta demikian tidak selalu diadakan secara berkala, tetapi hanya diadakan pada masa-masa tertentu yang sangat berarti bagi kehidupan manusia. Misalnya ketika mengalami ketidakmenentuan dalam hidup (uncertainty), seperti masa paceklik (kebun yang ditanam tidak menghasilkan karena serangan hama, sulit mendapat ikan dilaut dan lain-lain,), atau ketika mengalami wabah penyakit. Para peserta yang menghadiri pesta ini mendapati undangan juga dari Bapak Isak Kalabin untuk mengikuti pesta mama. Pesta ini diikuti oleh banyak warga ada yang dating sendirian, serta ada juga peserta yang dating menghadiri pesta ini dengan membawa keluarga seperti istri dan anak-anak.

Menjelang malam pada hari 30 April 2013, pasca ibadah pesta yang dilakukan dirumah Isak Kalabin, kelompok perempuan atau para mama-mama mulai beraktifitas di dapur seperti menyiapkan bumbu-bumbu dan mengatur menu masakan untuk makan bersama pada esok paginya yaitu, Rabu, 1 Mei 2013. Sementara itu Kelompok laki-laki sedang memasang tenda dan menimbun permukaan tanah di halaman yang tergenang air akibat hujan selama beberapa hari sebelumnya. Sementara yang lain menyiapkan kayu bakar dan air untuk keperluan memasak.

Saat yang bersamaan di malam itu, gabungan aparat TNI/Polri yang berjumlah 27 personil juga sedang bersiap-siaga di Mapolres Aimas (Markas Kepolisian Resot Sorong) yang berjarak kurang lebih sekitar 750 meter dari kediaman Isak Kalabin. Perssiapan operasi pada malam itu bertajuk Operasi Keamanan, menurut Wakapolres Sorong, operasi keamanan saat itu disebut “Operasi Dilogis”. Diperkirakan pada malam itu delapan kendaraan disiapkan untuk mobilisasi pasukan gabungan TNI/Polri untuk kepentingan operasi masing-masing, lima unit type avanza, dua unit type pick-up Ranger dan satu unit kendaraan patrol polisi.

Sekitar pukul 20.00 Wpb, diketahui operasi itu digelar dengan target pertemuan masyarakat yang dilakukan di jalan Klalin tepatnya di kediaman Isak Kalabin. Wakapolres Sorong pada malam itu bertindak sebagai pimpinan operasi (leaders operation) dengan kendaraan yang ditumpangi yaitu minibus Avanza No. Pol. BK 129 GW. operasi bermulai dari satu unit kendaraan avanza mulai masuk di jalan Klalin sekitar pukul 20.30. Wpb dari Mapolres Sorong yang berjarak kurang lebih 750. Meter. kedatangan kendaraan ini mulai membuat situasi tidak nyaman bagi masyarakat, menurut masyarakat tidak seperti biasa malam begini ada kendaraan avanza masuk di jalan Klalin. Di jalan Klalin hanya terdapat dua rumah yaitu rumah kediaman Isak Kalabin dan rumah warga suku timor yang ada diujung Kampung, merasa tidak nyaman dengan kehadiran mobil yang masuk Sekitar empat orang pemuda kemudian keluar menghadang mobil tersebut dengan bermaksud menanyakan mau ke-mana, dan apa tujuannya pengemudi mobil masuk di jalan Klalin. Saat menghadang dan bertanya, tidak pernah ada tanggapan justru terlihat pengendara dan penumpang yang ada di dalam mobil tidak menanggapi, ke-empat pemuda inipun kembali menghadang dan memaksakan mobil misterius ini untuk kembali akhirnya mobil ini kembali ke jalan raya Aimas lalu membuntuti empat kendaraan lainnya yang sudah mendahului masuk ke lokasi kediaman Isak Kalabin melalui rute arah selatan, di belakang kantor Distrik Aimas.

Setelah mobil pertama tadi gagal, tak lama kemudian muncul lagi dua mobil minibus avanza akan melewati jalan yang sama. Salomi Klaibin (almarhum) dengan beberapa orang lagi keluar dari rumah isak kalabin dan bergabung dengan empat pemuda yang sudah ada di jalan, mereka kemudian menghadang dua mobil tersebut. Ketika itu ternyata sudah ada beberapa anggota TNI/Polri yang berdiri di sepanjang pinggir jalan Klalin, saksi mata mengatakan aparat TNI/Polri yang sudah lebih dulu berada di sebelah selatan dengan menggunakan mobil patroli polisi dan dua mobil Ranger pick-up, mereka mulai ber-gerak mengepung massa.  Saat itu Ibu Salomina Kalabin (almahrum) dengan nada keras berkata “…..kalau tujuan kamu datang untuk kami di sini, kenapa tidak turun dari mobil untuk berbicara dengan kami”. Walaupun begitu, pintu dan jendela mobil tetap saja tertutup. Salomi dan teman-temannya mulai memukul-mukul dinding (body) mobil dengan tangan sambil berteriak “…….kenapa kamu tidak mau turun, ayo turun..!! untuk apa kamu datang ke sini?....”. Akhirnya, jendela mobil sempat dibuka sebentar lalu kemudian ditutup kembali. Sewaktu terbukan, ternyata orang-orang yang ada di dalam mobil itu diketahui berseragam Polisi dan TNI, masing-masing memegang senjata. Wakapolres Sorong, Kompol Yudhi Pinem, S.IK, yang bertindak sebagai Komandan Operasi Dialogis pada malam itu berada di dalam mobil pertama duduk di jok depan, samping sopir.
Korban Mama Salomina Sebelum Meninggal Dunia 
Saat massa mulai mengetahui dan membuntuti mobil avanza yang telah diketahui sebagai (kedatangan) aparat keamanan, tiba-tiba terdengar bunyi tembakan satu dua diikuti bunyi rentetan. Thomas Blessia, yang sedang berdiri sekitar 5 meter di depan rumah Isak Klaibin tiba-tiba jatuh tergeletak di atas tanah akibat tembakan peluru senjata yang menembus kepalanya. Melihat Thomas Blessia yang sudah jatuh tergeletak diam di atas tanah akhirnya massa mulai bertindak anarkis. Kaca di bagian belakang mobil yang ditumpangi Wakapolres di-pecahkan dengan benda keras, sementara Kedua mobil avanza tersebut tetap saja bergerak perlahan menuju ke tempat yang gelap, sambil dibuntuti oleh massa. Ternyata dikegelapan itu sudah ada sudah ada lima unit kendaraan, dua mobil pick-up ranger parkir dalam keadaan mesin hidup, sekitar enam meter dari rumah warga asal pulau timor yang bertetangga dengan rumah Isak Kalabin. Sementara pasukan gabungan Polisi dan TNI bersenjata lengkap, masing-masing mengambil posisi siap menunggu aba-aba dari komandan regu. sebagian massa yang membuntuti kedua mobil tersebut, sebagian besar lainnya masih berada di bawah tenda yang dipasang di halaman antara rumah Isak Klaibin dengan rumah warga tetangga yang berasal dari Timor, Massa yang bergerak mengikuti dua mobil avansa dari depan rumah Isak itu mulai men-dekati  pasukan yang sudah siap mengokang senjata di tempat gelap. Tidak lama kemudian terdengar seruan dari tempat gelap “….. kalau maju terus, kami tembak…” berselang 1 – 2 detik setelah peringatan tersebut, tiba-tiba terdengar bunyi tembakan rentetan dan bunyi tembakan satu dua dari ruang kegelapan, massa bubar berlarian menyelamatkan diri, dalam rentetan tembakan ini Abner Malagawak (Almahrum) tertembak dan meninggal dunia. Korban lainnya yaitu Salomina Kalaibin (almahruma), Herman Lokdem tertembak dibelakang, dan Andareas Safisa tertembak di ibu jari kaki- kiri dan Martinus Mili terkikis peluru dilengan kiri. Saat terjadi penyerbuan dengan senjata api malam itu, salah satu warga yang sempat melihat sinar laser keluar dari laras dalam ketakutan, dia berusaha meng-ingatkan yang lain agar terhindar dari tembakan: awas, sinar laseeeer, cepat buang diri..!!. Pasca pnyerbuan dan penembakan dengan senjata api, seluruh pasukan keamanan yang bersiaga di tempat gelap segera pergi dengan kendaraan dari TKP[12], sewaktu pergi aparat keamanan menangkap enam orang warga dan dibawah ke kantor Polres Aimas, setelah menjalani pemeriksaan ke-enam orang tersebut dipulangkan pada pagi harinya akibat tidak cukup bukti yang kuat untuk diproses hukum.

Pada hari Rabu, 1 Mei 2013, Jenasa Almahrum Thomas Blessia dan Abner Malagawak dimasukan untuk disemayamkan sementara dirumah Isak Kalabin, sementara korban lainnya Herman Lokdem, Andreas Safisa, Martinus Mili dilakukan pertolongan pertama oleh warga dengan pengobatan seadannya saja secara tradisional. Sekitar pukul. 09.00 Wpb, korban Almarhuma Salomina Kalabin dievakuasi oleh ibu kandung dan ipar perempuannya ke RSUD Sele be Solu, Sorong. Pada siang harinya Jenasa Almahrum Abner Malagawa dijemput oleh keluarganya dan dibawah untuk dimakamkan di Makbon, Sorong, sementara Jenasa Almahrum Thomas Blessia di Makamkan di Aimas.

Pasca empat hari, pada hari Sabtu, pagi, 4 Mei 2013 Satu mobil truck polisi memuat satu regu anggota Brimob bersenjata lengkap, satu mobil Dragon Hitam Labfor Polisi memuat tim olah TKP, dua unit avansa dengan dua angkutan kota memuat anggota reskrim Polisi dan wartawan menuju jalan klalin dan tiba di TKP dalam insiden penembakan. Kehadiran anggota Bromob Detacemen C yang lengkap bersenjata ini disambut protes oleh dua pendeta, Paulus Safisa dan Lena Burdam bersama warga setempat. Mereka minta supaya jangan ada anggota yang dating membawa senjata karena sudah trauma dengan kematian akibat penembakan dengan senjata oleh aparat Polisi dan TNI 3 hari sebelumnya. Salah satu anggota Polwan yang masih bersaudara juga (semarga) dengan Isak Klaibin, berusaha untuk menanangkan warga. Tak lama kemudian Wakapolda Papua, Bigjen Pol Paulus Waterpauw bersama Kapolres dan Ketua Klasis Sorong tiba.  Semua yang hadir di tempat sebenarnya siap untuk mendengarkan apa yang hendak di-sampaikan oleh Waterpauw tentang tujuan kedatangan Tim, tapi karena begitu melihat pasukan tiba dengan senjata lengkap, masyarakat protes, berteriak histeris dan minta supaya jangan ada lagi anggota polisi atau militer yang datang membawa senjata. Mereka trauma dengan kejadian empat hari sebelumnya di tempat yang sama. Mereka trauma dan tidak mau lagi melihat senjata, alat Negara yang telah digunakan untuk membunuh masyarakat sipil tak bersenjata. Dalam suasana gaduh Waterpauw dengan nada keras menghimbau: “coba diam dulu..!! Bisa diam dulu sebentar..?”  Karena suasana masih gaduh, nada suaranya makin keras: “Kamu mau apa e……? Mau apa kamu, …..eech? Berikan kesempatan kepada kami juga untuk bicara”. Kemudian nada suaranya diturunkan lalu menyam-paikan: “Kami datang ke sini dengan tujuan mau olah TKP. Tim harus mengidentifikasi dengan baik dan tepat bagaimana terjadinya peristiwa 4 hari lalu. Orang yang meninggal di tempat dan yang terluka itu posisi berdiri persisnya di mana, dan arah tembakannya dari mana. Sehingga bisa dilihat, apakah orang yang menembak itu dari aparat polisi dan TNI atau dari pihak lain. “Kami minta keterbukaan warga masyarakat untuk mendukung kerja TIM olah TKP..!!”, kata Paulus Waterpau. Akhirnya suasana jadi redah, pihak polisi mulai menyiapkan alat-alat untuk rekonstruksi. Salah satu orang dari warga, YM, yang dianggap mengetahui persis kejadian diminta kesediaan-nya sebagai actor berperan sebagai korban. Sang actor berdiri di titik dimana korban tertembak dan posisi saat jatuh tersungkur di atas tanah. Ketika memperagakan posisi korban saat tertembak, actor diminta oleh polisi untuk menyesuaikan posisi ber-dirinya dengan arah tembakan dari atas sebuah bukit kecil di depan (arah Barat) dari rumah Izak Klaibin, menurut versi polisi. Rekonstruksi versi polisi seperti ini boleh jadi sekaligus mengindikasikan bahwa pihak Polisi sebenarnya sudah tahu pelaku penembakan dan posisi berdirinya. Sendangkan menurut versi masyarakat, mereka hanya tahu kalau para pe-nembak itu berada pada posisi di depan (mengikuti arah jalan, atau sebelah Selatan), sekitar 12 meter dari rumah Isak Klabin. Memang diakui pula oleh para saksi, kalau sudah terjadi penembakan pertama yang menewaskan Thomas Blessia, yang diduga berasal dari arah depan. Penembakan pertama inilah yang menyebabkan massa kemudian mengamuk me-mecahkan kaca mobil bagian belakang.  Setelah penembakan pertama ini baru diikuti bunyi rentetan penembakan kedua yang diketahui berasal dari arah depan, sebelah Selatan. Sementara perhatian masyarakat terarah pada proses rekonstruksi di sepanjang jalan Klalin dan di halaman rumah Izak Klaibin, satu regu dari Satuan Brimob Detacemen C bergerak dari tempat lain di sebelah Utara menuju ke daerah di belakang rumah Isak Klaibin, dengan target mencari barang bukti, yang diduga akan digunakan untuk mendukung kegiatan yang telah direncanakan oleh kelompok Isak. Salah satu warga masyarakat yang tinggal di rumah kost sekitar 30 meter berhadapan dengan rumah Isak Kalabin.

Dalam olah TKP dan rekonstruksi ini, aparat kepolisian menyita barang bukti dari rumah dan juga dari halam sekitar kediaman Isak Kalabin antara lain yaitu, anak panah berjumlah puluhan, yang sudah diikat rapi dan diisi di dalam karung,  selanjutnya pisau dapur, parang dan kapak sebagai peralatan dapur tradisional masyarakat juga disita, juga terdapat penyitaan terhadap bendera bintang kejora dan satu pestol revolver rusak serta sebuah senjata api rakitan dan satu magasin peluru. Seorang warga berinisial DK,  juga memberi petunjuk terhadap aparat keamanan untuk menyita Box document yang terkubur dalam tanah.Setelah menemukan sejumlah dokumen yang dianggap sebagai barang bukti, salah satu anggota Polisi mencari YK dan YM yang sadang berada di dalam rumah, diminta ke lokasi penemuan barang bukti untuk menanda-tangani Berita Acara Serah Terima Barang Bukti kepada pihak Polisi. Barang-barang bukti tersebut kemudian digelar di atas halaman rumah, disaksikan oleh Bupati, Ketua Klasis, wartawan dan warga setempat. Setelah itu semua anggota Polisi kembali ke markas Polres.Pada sore harinya, sekitar pukul 16.00 Wpb. anggota polisi kembali ke TKP. Mereka kembali menggeladah rumah-rumah sekaligus menangkap setiap orang yang ada di tempat. Kebetulan saja, sebelum kedatangan kedua kali ini, sebagian besar warga kelompok yang datang dari ber-bagai kampung sudah pulang ke kampungnya masing-masing, hanya ada beberapa yang masih tetap tinggal di tempat. Aparat kepolisian empat buah batang busur dan 30 anak panah setelah diketahui pemilik barang bukti adalah Bapak Klemens Kodimko aparat kemudian menangkap yang bersangkutan, selanjutnya ditemukan satu buah KTA (kartu anggota,red) atas nama Klemens Kodimko, aparat kemudian menangkap Bapak Klemens Kodimko dan Bapak Antonius Sarop atas kepemilikan 121 anak panah yang terbuat dari lidi daun sagu. Aparat keamanan pada soreh hari itu membawa mereka beserta tiga orang warga lainnya ke kantor Polres Sorong.

Tiga hari kemudian, Selasa, 7 Mei 2013 di RS Sele be Solu, Direktur Rumah sakit Dr. Pahima yang mengunjungi Salomina Kalabin di ruang HCU mengatakan, kondisi Salomina sudah membaik pasca operasi pengeluaran proyektil peluru lima hari yang lalu, “…selang infuse sudah bisa dicabut, dan boleh turun dari tempat tidur untuk kembali jalan menggerakan kaki dan tangan”. Kondisi fisik Salomina sudah Nampak pulih dan membaik. Dr. Kennedy, juga mengatakan, “selang infuse dan kateter boleh dilepas agar dapat bergerak bebas.

Sekitar jam 10.00 – 11.00 Wakapolda Papua, Paulus Waterpauw dengan rombongan anggota Polisi sekitar 10 anggota mengunjungi Salomina. Sebelum masuk ke Ruang ICU, mereka Nampak sedang serius membicarakan satu hal dengan dr. Kennedy di ujung bangsal wanita, demikian kata EK, anak kandung Salomina yang sempat melihat rombongan anggota Polisi itu berdiri mengelilingi dr. Kennedy. Salah satu anggota dari Tim Polisi disuruh oleh Waterpauw untuk mengantar buah-buahan dalam dua keranjang parcel, masing-masing satu paket diserahkan kepada korban Hermanus Lokdem di Ruang Bedah pria. Saat rombongan Polisi masuk Ruang HCU, kedua anak Salomina, EK dan IK dan ibu kandung Salomina, Damares Osok diminta oleh Waterpauw untuk keluar dari ruangan, “…. Mama terlihat (pura-pura) tidur, dia tidak mau berkomunikasi dengan Tim Polisi”.

Sekitar jam 14.00 siang, tim Komnas HAM menjenguk Salomina, dan selanjutnya sekitar pukul 16.00 Wpb, Pdt. Burdam datang berdoa dengan Salomina di Ruang HCU. Salomina dengan wajah ceriah menceritakan kunjungan tim Polisi dan Komnas HAM siang harinya kepada Ibu Pendeta. Sambil senyum sinis Salomina menunjuk ke kerangjang parcel berisi buah-buahan dari Tim Polisi itu. Kata Salomina “…itu pasti mereka suntik racun ke dalam buah-buah itu jadi saya tidak akan makan. Tadi waktu mereka begitu masuk ruangan saya pura-pura tidur. Saya tidak mau bicara dengan mereka”. Pendeta Burdam Nampak senang mendengar karena terlihat kondisi kesehatan Ibu Salomina membaik. Sekitar jam 18.00, Pdt. Paulus Safisa dan Ibu Ruth Osok datang berdoa dengan Salomina, menurut Safisa dan  Ibu Ruth, kondisi terakhir Salomina sudah lebih baik dari sebelumnya.

Sekitar jam 19.00 – 22.00, kondisi Ruang HCU sepi, tidak ada lagi keluarga atau orang lain yang menjenguk Salomina, karena waktu besuk sudah ditutup jam 18.00. Hanya tinggal kedua anak EK dan IK dan ibu kandung Damares yang selalu menjaga Salomina dalam ruangan HCU, selain petugas jaga dari Rumah Sakit. Anatara pukul 20.00 Wpb tiba-tiba suasana ruangan HCU menjadi sepih, tidak ada petugas jaga di loket HCU. Sekitar pukul 22.15 dua orang laki-laki. Mengetahui ada orang dipintu IK terbangun dari tidur juga ibu kandung Salomina, dalam keadaan terbaring ditidur mereka berusaha untuk memastikan apakah itu petugas medis atau bukan dan apa yang akan mereka lakukan, berseragam kemeja putih masuk ke dalam ruangan. Satu diantaranya memegang alat suntik tanpa botol obat, IK melihat salau seorang masuk langsung memancapkan suntik ke dalam selang infus Ibu Salomina dan orang tidak dikenal tersebut membelakangi IK. Saat keluar, orang tersebut kembali menoleh memperhatikan Ibu Salomina, ia mengetahui ada yang melihat langsung tanpa memakai sepatu dengan baik ia langsung secepatnya pergi seperti berlari.

Sekitar 5 menit sesudah kejadian tersebut, Salomi mulai mengeluh sakit kepala dan badan-nya terasa makin hangat. Dia memanggil Ibunya yang belum tidur nyenyak. “Mama, obat yang baru disuntik tadi itu mungkin tidak cocok. Saya tiba-tiba rasa badan hangat dan sakit kepala”. Tidak lama lagi dengan nada menjerit Salomina sampaikan kepada Ibunya: “maaa…mamaaa…, saya mo buang airrr…..”. Setelah mengucapkan kata-kata tersebut, tiba-tiba seluruh badannya jadi kejang, kedua tangannya terangkat tinggi bergetar tak terkontrol dan kakinya menendang-nendang. Dalam detik-detik terakhir menyadari kondisi dirinya seperti itu, Salomina dengan nada tinggi berteriak: “Adooooh…… mama, ini saya sudah mo mati…..”. itulah kata-kata yang terakhir diucapkannya, dan seketika itu pula Salomina terdiam untuk selamanya, tepat jam 10.30.

Petugas jaga dan tim medis terpaksa dicari disekitar rumah sakit, karena tidak berada di tempat tugas, beberapa waktu kemduian akhirnya petugas medis datang membawa tabung oxigen untuk memberi pertolongan nafas buatan, tapi terlambat. Nyawa Salomina tidak bisa diselamatkan.  Jenasah Salomina dipindahkan ke Ruang Mayat, hanya dengan ditutup selembar kain milik-nya sendiri, bukan dengan kain putih milik Rumah Sakit yang biasa dipakai untuk menutupi jenazah selama disemayamkan di Ruang Mayat.  Setelah di ruang mayat, Tim Medis segera meninggalkan jenasah, tanpa melakukan tindakan autopsy untuk mengetahui tanda-tanda penyebab kematian, selanutnya tim medis mendesak keluarga untuk segera membawa pulang jenasah Salomi, dengan alasan fasilitas persemayaman jenasah di ruang mayat terbatas. Jadi segera dikosongkan untuk bakal jenasah berikutnya.

“Pesta mama” itupun berakhir dengan selimut tragedy untuk “mama”, rintihan untuk sang mama sebagai tanah leluhur hutan, gunung, lembah, laut juga danau yang abadi  warisan sang pujangga bumi west papua.

Sumber : Tulisan Ini diambil dari BELANTARA Papua, TRITON Sorong, LP3BH Manokwari dan Team Pengacara BPAM Sinode GKI di tanah Papua.

Sabtu, Agustus 10

“Saya, Privacy and the future”

Ilustrasi-Picture
CITY OF THE FUTURE Siang itu lumayan panas, terik matahari dilangit biru seakan-akan turut datang ikut campur membakar suasana yang terjadi dalam situasi pribadi ku.

Seutuhnya pribadi ini baru saja bertengkar dan masih dalam suasana hangat, atau sederhananya saja ini debat panas yang telah berujung pada pertengkaran pendapat dengan orang internal, sebut saja namanya privacy.

Maklum, suasana baru yang intern bersama privacy tentu saja debat kepentingan antara kami tidak purnah luput. Tapi secara prinsip, saya selalu menghindari debat ataupun pertengakaran yang meluas pada konfil yang tidak lagi mampu untuk dikendalikan, artinya saya berupaya memastikan untuk mencegah adanya situasi buruk sejak dini, mungkin idealnya seperti early warning persuasive. Atau dapat dijelaskan situasi ini salah satunya disebeutkan seperti misalnya intervensi pihak luar ke dalam debat dan pertengakarn pendapat kami.

Kalkulasinya, sederhana saja, pertama : pihak luar tidak akan tahu dan memahami jalan yang kami tahu dan memahami sebagai tujuan bersama, sehingga kerugiannya bila pihak luar masuk, sama halnya membuka ruang bagi suasana lain di dalam pertengkaran pendapat yang mungkin saja berbeda.

Kedua, pihak luar bisa saja miliki kepentingan. Entahlah...!! kepentingan itu untuk kita atau bukan tetapi yang jelas itu bukan dari yang telah kami pikirkan masing-masing.

Ketiga, intervensi pihak luar jelas adalah indikasi dari ketidakmampuan kami untuk berdebat dan bertengkar soal thema kita yaitu tanggungjawab, sehingga demikian tentu wajar untuk dicegah meluasnya konflik dan pertengkaran kita yang dapat menyeret pihak luar.

It’s so ok, kembali ke topik, terjadinya pertengakaran dan juga hot debate kita ini soal tanggung jawab, so, this is a responsibility between us. Sekalipun “hot” justru debate ini punya satu tujuan yang lembut yaitu target bersama yang disebut aman dan nyaman kepadanya yang sebut saja “the future”.


So, The Future its the most important between us, akhirnya harus lewat jalan debat dan pertengkaran pendapat yang hebat before we make some decision for him. Setelah direfleksikan dalam diri masing-masing ternyata itulah living, sehingga situasi itu ada, so any-situation between us, there is true living. “Proses yang disebut tantangan datang bukan untuk dihindari tetapi didalami supaya muncul ke permukaan suatu tujuan yang sama sekalipun beda kepentingan/debat.GMLB/21


Kamis, Agustus 1

Misteri Juli Yang Mematikan

Ilustrasi Pembunuh Misterius
MANOKWARI : Layaknya kisah film horor sepanjang bulan Juli 2013 ini ternyata memiliki catatan misterius yang paling mematikan di kota Manokwari, West Papua. Tiga mayat manusia ditemukan tewas secara misterius, hanya satu dari tiga mayat yang berhasil dikenal oleh warga masyarakat sebagai sanak keluarganya yang dibunuh oleh aktor misterius.

Sepanjang ini, aparat polisi lokal (Polres Manokwari) tidak pernah menemukan siapa otak utama dibalik misteri mematikan ini. Berbagai sumber dan para saksi mata saat pertama kali menjumpai korban tidak pernah berspekulasi atau kesimpulan bahwa para korban bunuh diri, wartawan lokal mempublikasi diberbagai media lokal Manokwari mengenai pembunuhan dan juga ada pola penyiksaan serta mutilasi terhadap korban oleh pelaku.

Rangkaian tragedi misteri ini berawal dari Selasa, 02 Juli 2013, Sesosok wanita, kulit sawo matang rambut lurus, ditemukan tewas menggenaskan dengan kepala tercebur ke dalam lumpur di Manggoapi kelurahan, Amban. Sekitar sehari disemayamkan di kamar mayat RSUD manokwari, tidak ada satupun warga sekota Manokwari yang merasa kehilangan atau mengenal korban misterius tersebut, polisi pun mengambil insisatif menguburkan korban di TPU Pasir putih manokwari.

Hari Minggu Pagi, 15 Juli 2013 Seorang warga tanpa identitas tewas menggenaskan di jembatan, Wosi, Manokwari – Papua Barat. Mayat tersebut oleh warga dievakuasi ke RSUD Manokwari akan tetapi tidak ada warga yang mengenali mayat pria malang tersebut.
Dan yang paling terakhir, insiden mematikan dialami seorang Pemuda Papua yang paling sering dikenal oleh warga dengan sebutan Akon Rumayom, memiliki nama lengkap  Ia pemuda dari kompleks Sanggeng ditemukan tewas secara menggenaskan dengan luka tusukan benda tajam disekitar perut dan luka potong ditangan lebih dari lima kali. Akon tewas secara tragis pada, hari Minggu dini hari 28 Juli 2013, sekitar pukul 02.00. 

Resource : Personal Dokument