Kantor Sekretariat Keadilan, Perdamaian dan Keutuan Ciptaan
(SKPKC) melalui Direktris Yuliana Langawuyo secara resmi melaporkan dan
mengkritik kunjungan intelijen Negara Indonesia yang telah mendatangi dan
sangat menggangu suasana pertemuan kantor itu bersama pihak Dubes Kerajaan
Belanda untuk Indonesia pada, Selasa 4 April 2017 lalu di Sentani, Papua.
Tindakan apartur intelijen ini tanpa ijin memasuki halaman
dan bahkan ruangan kantor SKPKC secara arogan, didalam dokumentasi SKPKC yang
beredar via email, menyebutkan pria-pria berpakian un-uniform bukan dari
jurnalis atau wartawan memasuki halaman SKPKC dan memakai camera seluler mereka
dan berkali-kali melakukan pemotretan yang cukup membuat para staf SKPKC merasa
tertekan dan terintimidasi di hari itu.
Keluhan banyak aktifis hak asasi manusia di Papua terhadap
praktik operasi intelijen pemerintah di Papua sudah lama permasalahan yang
diprotes dan kritik oleh para aktifis di Papua terhadap Pemerintah Jakarta,
namun intensitas operasi ini tidak berkurang ataupun dilakukan tanpa diketahui
melainkan dilakukan secara terbuka dan memunculkan kesan praktik teror dan dan
intimidasi terhadap kerja-kerja kebanyakan para aktifis LSM di Papua.
Terakhir dilaporkan dalam sebuah pertemuan di Manokwari (8/4/2017),
Intelijen juga telah menyusup untuk mengetahui materi pertemuan UN Special Rapporteur
on the right to health, Danius Puras ketika berjumpa para korban, tokoh agama
dan aktifis LSM di kantor Sinode GKI Di Tanah Papua, akhir Maret lalu di Jayapura.
Ketika
pemberitaan – pemberitaan ini meluas di berbagai media, Jakarta belum pernah
merespon dan mengklarifikasi keluhan dugaan praktik arogansi actor keamanan Negara
terutama intelijen.***Black_Fox
Sumber Posting Melalui Email