Foto Merdeka.Com : Protest kasus Papua berakhir ricuh |
Ini
pertanyaan kritis, yang kadang dianggap propaganda atau bahkan tidak penting
untuk dipertanyakan, saya berpandangan sederhana saja sesuai visi blog ini bahwa
pada pokoknya “setiap orang bebas berbicara dan mengemukakan pendapat”,
termasuk bertanya dalam konteks judul ini. Justru medialah yang patut dikoreksi
mereka pihak yang propaganda atau Pro (paganda) kebutuan fakta dan informasi
masyarakat atau entahlah media yang sebenarnya tidak penting.
Penting sebelumnya
untuk menyentuil hal ini, Kasus Kejahatan Hak Asasi Manusia di Papua tidak
ubahnya dengan Kasus Palestina yang (Katanya) heboh dalam pemberitaan, saya
tidak terlalu memahami Palestina, seperti halnya headline news media-media asing dan dalam Negeri memberitakan itu,
entah nanti pemberitaan itu sudah berimbang (netral) mengkonfirmasi pejabat Negara
Izrael dan Palestina atau pernyataan sepihak dari Pejabat Palestina saja, akan
tetapi kita tahu kasus Papua tidak pernah dihebohkan oleh media seperti halnya
Palestina. Saya sekedar pastikan, jika seakurat pemberitaan mengenai Palestina
hal ini tentu tidak lepas dari Pers dalam Indonesia dan luar Negeri bebas dan
dengan mudah mengakses wilayah Palestina, berbeda halnya dengan Papua yang
tertutup bagi Pers dan hanya satu sumber yang mengkonfirmasi berita yaitu aktor
keamanan. Oleh sebab itu berbedanya Papua dan Palestina dapat disimpulkan bahwa
heboh Papua sumber kesaksian (berita) langsung dari masyarakat sipil tetapi heboh
Palestina dari Pers.
Saya kembali ke
konteks pertanyaan diatas, siapa sebenarnya pihak propaganda itu ? maklum
karena Izrael dan palestina terlalu jauh dari Papua barat, saya mengetahui
sepintas saja versi Media yang kadang sa juga tidak tahu apakah media netral,
atau miliki ada motif tertentu dalam tiap pemberitaan konflik Palestina –
Izrael soal Yerusalem, yang sa dengar versi Palestina : Al Quds itu.
Ada tiga analisa
untuk hal tersebut diatas, agar mengantar pemikiran mengenai “mengapa terkesan Papua
tidak begitu penting dari palestina?”
Pertama, saya
bayangkan saya sebut (Mungkin) saja Papua kafir (mengikuti mantan Gubernur
Kristen etnis china, Ahok yang dituduh kafir dan diturunkan dalam satu skenario
usai memenangkan Pemilukada DKI Jakarta putaran pertama saat itu), paling fatal
Papua berada di Negara muslim terbesar di dunia inilah mengapa case Pelanggaran
hak asasi manusia dianggap terkesan bukan case yang harus diperhatikan
pemerintah.
Kedua, case
Papua, bergabungnya Negara (Indonesia) ke isu Yerusalem adalah wujud (koalisi
baru) untuk memperkuat pendudukan atas wilayah Papua Barat dengan dampingan
Negara-Negara kawan pendukung Palestina. Dalam pengertian bahwa kasus Papua
bukan lagi kasus hukum tetapi kasus Politik dan memerlukan pendukung (negara)
Kawan, kasus Palestina membentuk kumpulan perkawanan baru.
Ketiga,
Permainan politik pencitraan menjelang tahun politik 2018 – 2019, sepanjang
satu decade terakhir pola ini terbaca oleh masyarakat sipil, bagaimana pemimpin
politik mengambil dan merebut hati rakyat dimulai dari Politik pencitraan model
ini, isu palestina telah dibuat oleh media Indonesia sebagai isu muslim dunia,
dan Di Negara ini yang mayoritas muslim, politik memainkan isu yang berpihak
pada kalangan mayoritas adalah jualan paling laris. Dengan demikian maka
dukungan pemimpin melalui pemerintah terhadap Palestine adalah upaya untuk
meraih kekuasaan pada pelaksanaan pesta demokrasi tahun 2018 – 2019.
Disinilah alasan
mengapa Papua tidak begitu penting dari palestina ?***Black_Shark
Posting ini,
bukan upaya memprovokasi atau apapun yang sejenisnya melainkan wahana pengembangan
berpikir kritis di dalam Negara Demokras dan tidak memiliki kaitan apapun yang
bertalian dengan politik.