WELCOME TO MY PERSONAL BLOGER : "FOY, TABEA, TAOP SONG, MAHIKAI, SWEII, AMULE MENO, NAYAK, WAINAMBEY, ACEM AKWEI, ABRESO..!!

Selasa, Januari 26

Masa Bodoh Ambrocius, Bukan Natalis Saja

 


Sewaktu viral pernyataan rasialis Ambrocius Nababan, yang kabarnya ia seorang politisi partai Hanura, saya bahkan tidak begitu tertarik untuk ikut berpolemik soal apa yang dialami Natalis Pigay. Saya sendiri cukup tahu siapa Pak Natalis Pigay, dia orang paling terkemuka dalam perjuangan hak asasi manusia di Papua dan Indonesia, mantan Komisioner HAM ini bahkan pernah beberapa kali saya bertemu langsung dengannya, tapi ketika perlakuan rasialis dialaminya, saya sendiri menyadari itu serangan juga kepada saya yang Papua seperti Natalis Pigay, yah kalau tidak terima boleh dilapor ke penegak hukum, jika tidak juga bukan soal, "masa bodoh ambrocius, bukan natalis saja", bukan baru kali ini saja tapi berulang-ulang peristiwa itu terjadi kawan..!, mungkin seperti maksud judul saya.

Mungkin bro atau sis akan tanya, kok, saya acuh tak acuh? silahkan anda berbeda persepsi, bagi saya "masa bodoh ambrocius, bukan natalis saja", saya ingat sebelumnya Filep Karma dia jauh sebelumnya sudah menulis apa yang akan terjadi hari ini, dan itu terus menerus terjadi, dia Filep bahkan menyebutnya "seakan kitorang manusia setengah binatang" dalam judul buku merahnya. Saya kira Filep berdiri dimuka untuk mendeklarasikan bahwa perenungan ini seperti nubuatan moderen untuk Papua, kalau anda seperti yang mereka pikirkan gorilla, monyet, simpanse dan sejenisnya.   

Filep menulis bukunya jauh sebelum ia sendiri mengalami serangan rasialis dari oknum TNI AU di Soekarno Hatta Airport, Tangerang (2015), artis Cita-citata (2015) dan Tri Susanti (2019) menghebohkan Indonesia, Filep tidak sedikitpun membenci apalagi mengajak kita untuk berdemonstrasi, laporan polisi dan segala tetek-bengeknya, Filep justru memprovokasi kesadaran kita seperti ini 

"Perbedaan tidak bisa dipaksakan jadi satu, tapi dalam perbedaan kitorang jadi satu" - Filep Karma 2014

Filep tidak sedikitpun menyerang mereka, dia sebaliknya mendobrak karakter, nasionalisme dan identitas melanesia kita yang rupanya begitu rapuh, kitorang menyadari itu, tapi semakin sukar mengatasinya, padahal baru saja yang lebih gila dari Ambrocius, AM Hendropriyono berkata, pindahkan 2 juta penduduk Irian ke Manado, maaf bro..! itu pengusiran, 😠eiitss... saya tidak mau provokatif.

So, kitorang kemudian persis seperti bayi mungil yang dininabobokan dengan semacam tarik ulur evaluasi dan perpanjangan Otsus serta pemekaran. kita jadinya tidak punya bargaining ke istana Presiden RI, padahal kita bersama beberapa orang baik di istana sama-sama mengerti Papua itu sumber daya alamnya disikat, manusianya diseterika "masa bodoh ambrosius, bukan natalis saja".@Mnst