WELCOME TO MY PERSONAL BLOGER : "FOY, TABEA, TAOP SONG, MAHIKAI, SWEII, AMULE MENO, NAYAK, WAINAMBEY, ACEM AKWEI, ABRESO..!!

Jumat, Maret 31

"LP3BH Menerima Laporan Dana Abadi BP – Tangguh"


Lokasi Pelabuhan Pengapalan BP Di Tanah Merah
Kantor LP3BH Manokwari pada, 18 Maret 2017 menerima laporan informasi dari Masyarakat Adat Sumuri, Teluk Bintuni mengenai “dana abadi” yang oleh setempat menyebut penuh tipuan dari pihak perusahan BP.

Tadeus Fossa (Ketua LMA Suku Sumuri) dan Rafael Sodefa (Ketua Dewan Adat Adat) suku sumuri selaku pelapor yang telah datang secara langsung dan bertemu direktur eksekutif LP3BH, Yan Christian Warinussy untuk menyampaikan laporan – laporan tentang “dana abadi” BP terhadap masyarakat adat sumuri, di Propinsi Papua Barat.

Marga Wayuri, Soway dan Simuna disebut dalam laporan ke kantor LP3BH selama ini hanya mendengar lembaga berbadan hukum, yaitu Yayasan Dimaga yang mengelolah penyaluran “dana abadi” BP. Tetapi marga-marga ini tidak pernah mengetahui bahkan dilibatkan dalam pengelolaan dan pemanfaatan “dana abadi” itu

Yayasan Dimaga, kata yang diambil dari bahasa Sumuri, Dimaga (Bahasa Indonesia) yang artinya: kitong (kita) punya. Yayasan seperti ini sebelumnya pernah disebut bernama Yayasan Pengembangan Masyarakat Sumuri, kemudian berganti nama Dimaga.

Masyarakat Adat Sumuri kebanyakan mempertanyakan Yayasan ini sebab dipenuhi manipulasi dan dugaan tindak pidana korupsi terjadi meilbatkan oknum tertentu dan pihak manajement BP – Tangguh.

Informasi terbaru memberitakan, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) telah menerima laporan – laporan ini dan dan akan segera mengaudit “dana abadi” yang melibatkan hubungan Yayasan Dimaga dan pihak BP – Tangguh..***Black_Fox

Sumber Posting diterima dari kantor LP3BH Manokwari

 

Senin, Maret 6

“Raperda Manokwari Kota Injil Resmi Masuk Ke DPRD Manokwari”


Perkantoran Bupati Manokwari (Foto.Ist)
Manokwari, Rapat Paripurna DPRD Kabupaten Manokwari masa sidang I Tahun 2016/2017, pada Senin, 6  Maret 2017 resmi menerima pengajuan rancangan Peraturan Daerah (Ranperda) Manokwari Kota Injil yang diajukan Pemda Kabupaten Manokwari (Eksekutif) ke DPRD Kabupaten (Legislatif) untuk dibahas selanjutnya melalui mekanisme legislasi DPRD.

Direktur Eksekutif, LP3BH Manokwari, Yan Christian Warinussy, S.H, sebagai undangan yang menghadiri rapat paripurna DPRD via email mengkonfirmasi "sekitar 24 Raperda yang diajukan dalam masa sidang ini, salah satunya Ranperda Manokwari Kota Injil".

Ranperda ini sendiri merupakan rancangan yang telah dimulai sejak tahun 2007 silam bersamaan dengan Ranperda Minuman Keras yang sejak 2006 sudah lebih dulu menjadi Peraturan Daerah Kabupaten  Manokwari Di Propinsi Papua Barat.

Antara tahun 2008 hingga 2014 progres Ranperda ini stagnan, diduga ada arus pro dan kontra yang berkembang cukup massif di kalangan penduduk Kabupaten Manokwari untuk menghentikan pembicaraan - pembicara atau diskusi Ranperda ini.  

Ranperda Manokwari, kota injil pada prinsipnya bertolak dari latar belakang histori Manokwari sebagai awal mula masuknya pekabaran injil melalui kedua orang misionaris asal Jerman masing-masing Carl Williem Ottow dan Jhon Gottlieb Geiszlher di Manokwari, Pulau Mansinam pada, 5 Februari 1855.

Melalui misi yang dinamakan Zeending, kedua misionaris ini memperluas pekabaran injil dari Manokwari hingga ke berbagai kota – kota penting di Propinsi Papua dan Papua Barat terutama Wondama, Biak, Serui, Nabire, Sarmi, Jayapura juga Sorong termasuk berbagai kota – kota lainnya disekitar.   

Histori diatas dikemas kemudian dalam penataan Kabupaten Manokwari sebagai Kota atau Daerah injil melalui Ranperda ini, termasuk meliputi, penataan Kota, penataan tempat-tempat hiburan, termasuk juga penataan fasilitas-fasilitas publik yang strategis disesuaikan dengan nuansa religious Kristen Protestan tetapi tidak pernah mengurangi ataupun membatasi pemeluk agama lain yang tetap ada dan diakui di Kabupaten Manokwari. ***_black_fox


Kamis, Maret 2

"Dominggus Mandacan, Balas Dendam PAN"

Private-Foto
Suksesi PAN (Partai Amanat Nasional) memenangkan hasil Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Propinsi Papua Barat, 15 Februari 2017 lalu termasuk menakjubkan.

Sekalipun mayoritas konstituen Di Propinsi Papua Barat mengklaim Pasangan Dominggus Mandacan dan Mohammad Lakotani paling pantas menduduki kursi 01 Propinsi Papua Barat,  namun sebenarnya prakiraan kekuatan person dan Partai dalam tanda petik, kususnya PAN untuk mempengaruhi hasil sebenarnya tidak sebaik pasangan Irene Manibuy - Abdulah Manaray, diungkap menurut desas-desus yang berkembang dimasyarakat beberapa bulan sebelum pelaksanaan Pilgub.

PAN termasuk Partai paling setia, ketika desas-desus diatas menguat, partai ini justru tidak mundur selangkahpun untuk memantapkan support kepada Dominggus Mandacan.

Menelisik ke belakang, tahun 2011 lalu, sewaktu Dominggus Mandacan mengundurkan diri sebagai kader Golkar, PAN kemudian merekrut-nya dan diusung sejak 2011 untuk menjadi Gubernur Propinsi Papua Barat periode 2011 - 2016, meskipun dikalahkan Abraham O. Atururi melalui Gerindra dan Golkar, akan tetapi PAN tidak patah semangat untuk 2016 membawa kembali Dominggus Mandacan dan berhasil memenangkan Pilgub 15 Februari 2017 ini.

Rupanya PAN tidak sendirian, ketika PDIP penguasa nasional juga turut ambil bagian mengusung Dominggus Mandacan. Nasdem juga ada disini tetapi tidak sesignifikan dalam percaturan politik di Papua Barat.

PDIP sangat kuat ketika sanggup memenangkan Jokowi - JK dalam Pilpres 2014 di Papua dan Papua Barat, kekuatan yang sama tentunya dengan mudah dikerahkan untuk menghadapi pasangan Irene Manibuy - Abdulah Manaray dan Pasangan Stev Malak - Ali Hindom, yang berjejeran partai Hanura, PKB, PKS, Golkar, Demokrat dan Partai-Partai kecil lainnya. 

Membungkamnya Gerindra bersama Pak Bram (sebutan untuk mantan Gubernur Papua Barat) rupanya benar-benar dimanfaatkan secara maksimal oleh PDIP untuk mengalahkan Golkar yang pernah membesarkan Dominggus Mandacan.

Tahun 2017 PAN, seakan membalas dendam tanpa ampun dan memenangkan Dominggus, 56,62% suara pemilih, padahal Pilgub sebelumnya, tahun 2011, Gerindra dan Golkar hanya mampu memenangkan Pak Bram dengan perolehan suara 43,77%.

Golkar termasuk masih cukup kuat, dibantu Demokrat mampu membawa Malak untuk mengalahkan Irene diangka 26,38% suara. sementara Pasangan Irene Manibuy - Abdulah Manaray hanya bisa di 15,01% suara atau posisi terakhir dari tiga pasangan kandidat Gubernur dan Wakil Gubernur Propinsi Papua Barat.   ***..Black_Fox