WELCOME TO MY PERSONAL BLOGER : "FOY, TABEA, TAOP SONG, MAHIKAI, SWEII, AMULE MENO, NAYAK, WAINAMBEY, ACEM AKWEI, ABRESO..!!

Senin, Mei 14

"Terorisme : Perlu Analisa Out of The Box"


Oleh : Yosef Rumasef

Pada umumnya analisa mengenai aksi teror di Indonesia berkutat pada aktor intelektual di dalam Negeri. Ada pula yang meluas ke analisa konspirasi internasional yang mengaitkan aksi teroris di Indonesia dengan konspirasi antar Negara yang mengklaim dirinya Islam dan beraksi radikal seperti ISIS [the Islamic State of Iraq and Syirian], semua pandangan kemudian berhenti pada Islam radikal.

Pertanyaan yang digunakan untuk membuat analisa adalah "siapa untuk dan siapa rugi" dari kasus ini ? atas dasar pertanyaan itu maka muncul beberapa teori dugaan konspirasi.

Ada yang berkesimpulan bahwa aksi teror di Mako Brimob dan peledakan Boom di tiga gereja di Surabaya berkorelasi dengan konsolidasi dukungan nasional bagi penguatan fungsi anti-teror Negara baik konsolidasi dukungan terhadap pengesahan landasan yuridis anti-teroris yang lebih luas maupun untuk mendorong peningkatan  alokasi anggaran pengamanan anti terorist.

Ada lagi yang mengaitkan dinamika ini dengan intrik politik dalam masa tahun politik Pemilihan Presiden 2019, baik pro incumbent atau pro kelompok pengusung tagar "2019 Ganti Presiden". Pro-incumbent dituduh membangun image negatif bahwa konsolidasi kekuatan islam berpotensi buruk menjadi radikal. Sementara pro-tagar "2019 ganti Presiden" menjadikan aksi teroris sebagai bukti lemahnya pemerintahan pimpinan Presiden Jokowi - sambil melupakan bahwa "aksi teroris juga menghantam negara super power dunia seperti US dan Rusia maupun negara besar lainnya seperti UK, Franch, Belgium and Germany.

Ada simpulan bahwa aksi teroris itua dalah buah dari idiologisasi agama, Islam radikal VS Islam moderat atau Islam vs Kristen.

Analisa kemudian beruputar pada box dengan empat sudut itu (Islam radikal internasional, konsolidasi anti-teror Negara, implikasi tahun politik dan idiologisasi agama).

Bagaimana kalau kita membangun analisa "Out of the box" ?

Kita berpikir "out of the box" maka pertanyaan kita kemudian menjadi ; siapa yang secara langsung diuntungkan? siapa tidak secara langsung diuntungkan? siapa secara langsung dirugikan ? dan siapa tidak secara langsung dirugikan ?...

Analisa "out of the box" dengan mengembangkan pertanyaan "siapa untung, siapa rugi" menjadi empat pertanyaan berikut diatas akan bisa membantu kita menarik kesimpulan bahwa empat kategori aktor dalam "box analisa" diatas bisa jadi hanyalah pihak yang "diuntungkan secara tidak langsung atau dirugikan secara tidak langsung". Mereka menerima dampak dan bukan penciptanya.

Fakta bahwa aksi teror yang dibuat berkorelasi dengan simbol -simbol islam ini justru terjadi jelang bulan paling suci dalam agama islam yaitu bulan Ramadhan sebaiknya menjadi alasan untuk mengaitkan issue ini bukan dengan agama Islam atau dunia Islam. Justru sebaliknya.

Lalu pertanyaanya adalah adakah indikasi lain, yang "out of the box" yang sebaiknya jadi base analisa tentang aktor intelektual aksi teror di Indonesia.?

Salah satu fenomena menarik yang kurang diperhatikan adalah bahwa aksi teroris di Mako Brimob maupun peledakan bom di tiga gereja di Surabaya pada, 13 Mei 2018 ini terjadi dalam suasana peringatan HUT ke 70 Republic of Izraeli. Ketika dimana US memutuskan memindahkan kantor Kedubesnya dari Tel-Aviv ke Jerusalem. Kita telah mengetahui bahwa pasca US President Donald Trump mendeklarasikan rencana itu pada Desember 2017 lalu, Indonesia telah tampil terdepan mengalang dukungan internasional guna memboikot kebijakan Trump. Palestina telah menjadi nafas dalam tiap diplomasi politik Indonesia di dunia.

Dari perspektif perang asimetris, tidak tertutup kemungkinan untuk menganalisa beberapa fenomena aksi teroris di Indonesia pada momentum peringatan HUT Republic of Izraeli yang ke-70 sebagai early warning bahwa Indonesia-pun memiliki titik lemah yang bisa digunakan untuk menjadikan Indonesia sebagai target "kooptasi dari dalam" berikut sesudah Syiriah, Lebanon, Iraq, Mesir, dan beberapa Negara Islam lain yang memiliki kekuatan mengancam keamanan Izrael dikooptasi.

Saran saya, sebaiknya kita membiasakan diri bergonta-ganti posisi dalam membuat analisa masalah. Bisahkah juga berpikir "out of the box" Siapa tahu pihak yang dituduh sebagai aktor bukan aktor utama utama.

Menurut saya, aksi teroris di Indonesia pada suasana perayaan HUT Republik Izrael Mei 2018 ini adalah early warning bagi Indonesia untuk mengurus urusan dalam Negeri sendiri dan tidak usah ganggu kedaulatan Negara lain.***Black_Fox

Biak 14 Mei 2018 

Penulis adalah anak kampung, tinggal di Biak

Sumber : Posting ini diambil dari account FB yang bersangkutan setelah penulis mendapat ijin membagi ke blog ini dari yang bersangkutan.