WELCOME TO MY PERSONAL BLOGER : "FOY, TABEA, TAOP SONG, MAHIKAI, SWEII, AMULE MENO, NAYAK, WAINAMBEY, ACEM AKWEI, ABRESO..!!

Selasa, September 5

“Meneropong Sepintas Drama Dialog Sektoral Papua”



Dialog kembali menjadi heboh selama berapa pekan terakhir, pasca tatap muka Presiden RI, Jokowi dengan belasan tokoh-tokoh terkemuka dari kalangan Adat, Agama dan Aktifis Papua di istana Negara RI dua hari sebelum pelaksanaan HUT Proklamasi RI ke 72 tahun.  

Sumber-sumber terpercaya mengungkap, pertemuan antara RI 1 dengan para tokoh-tokoh diatas disebut mendadak bagi kalangan tokoh-tokoh diatas, mereka diundang by- phone (tidak melalui surat tertulis dari istana), mereka bahkan tidak pernah mengetahui agenda pertemuan dan waktu pertemuan melainkan hanyalah Paspampres yang mengetahui schedule. 

Situasi tersebut, praktis dipastikan, para tokoh – tokoh tersebut tidak dapat mempersiapkan dengan matang agenda apa dan siapa yang dapat mewakili belasan orang tersebut berbicara langsung dengan pemimpin tertinggi Negara.

Siang, menjelang sore hari, antara pukul 14.00 Wib, 15 Agustus 2017 pertemuan itupun berlangsung diistana Negara usai para tokoh-tokoh ulung Papua ini dijemput dari Hotel tempat inap oleh petugas penjemput yang berasal dari lstana Negara.

Sumber terus mengungkap, pertemuan berlangsung bersama Presiden, terdapat juga Jendral Wiranto yang juga hadir dalam kapasitas Menkopolhukam.

Presiden menegaskan, pemerintah focus bangun Papua, terutama infrastruktur dan ada banyak hal mengenai pembangunan fisik yang diungkap Presiden. Selanjutnya Presiden mempersialhkan kalangan undangan ini berbicara.

Ada banyak hal juga yang disampaikan dalam pertemuan tersebut oleh para tokoh-tokoh Papua ini, salah satunya adanya keharusan Pemerintah RI berdialog secara langsung dengan rakyat Papua untuk mengatasi permasalahan – permasalahan di Papua.

Pernyataan dialog inilah yang kemudian menjadi heboh….. konotasi dialog disederhanakan menjadi dialog bidang pendidikan, bidang kesehatan, bidang kehutanan atau yang kemudian disebut oleh Pr. Neles Tebay DIALOG SEKTORAL.

Pater. Tebay adalah Kordinator JDP, termasuk salah satu dari para tokoh yang dijumpai presiden di istana siang hingga sore hari itu. Tebay, kemudian ditunjuk secara lisan oleh istana untuk mempersiapakan proses – proses menjelang dialog sektoral tersebut, dibantu Jendral Wiranto (Menkopolhukam) dan Teten Masduki staf kantor kepresidenan. 

Di Papua, ketika meeting berlangsung, tidak banyak orang Papua yang mengetahui pertemuan itu praktis dapat disebut pertemuan itu menjadi pertemuan strategis perdana yang diisolasi rezim Jokowi, akibatnya dalam pidato kenegaraan 16 Agustus 2017, Presiden tidak banyak mengungkap capaian maupun policy-nya untuk Papua pada pembicaraan level pidato kenegaraan sekelas HUT RI ke-72 tahun.

Selang beberapa hari kemudian usai 17 Agustus 2017, meeting istana menjadi heboh di dunia maya, netizen dari berbagai kalangan dan lapisan masyarakat banyak berkomentar miring pertemuan antara Presiden denga tokoh-tokoh Papua tersebut.

Mengabaikan ULMWP
Masalah Papua bukan lagi soal kesejahteraan, sandang, pangan atau yang sejenisnya bidang kesehatan, pendidikan, ekonomi kerakyatan adalah cakupan kecil dari problem besar yang menganggu hubungan papua – Jakarta 50an tahun. Jelaslah tidak bisa sesederhana itu mendialogkan permasalahan kecil dengan mengabaikan permasalahan besar.

“Sejarah hubungan Papua ke dalam Indonesia” itulah masalah yang tidak tuntas, disitulah sejarah yang diabaikan, disepelehkan begitu saja oleh istana dalam pertemuan dadakan itu.
United Liberations Movement for WP (ULMP) kemudian berdiri kokoh di pengasingan sebagai wakil resmi bangsa Papua untuk memperjuangan pengakhiran sejarah hubungan yang menduri dalam daging hubungan Jakarta West Papua itu.

Mengabaikan ULMWP dalam dialog  yang kemudian disebut sektoral adalah politik penghancuran ULMWP, ibarat mengganti celana baby tetapi popok yang kotor ditutup dengan celana baru. hari ini bangsa Papua dengan penuh high awarnes tidak akan masuk kembali ke mulut buaya, mereka bersuara menentang dengan respect terhadap Pemerintah Demokrasi RI yang paling baik hati.      

Melupakan Konferensi Perdamaian Papua 5 – 7 Juli 2011
Pater Tebay, seakan lupa bahwa pertemuan 5 – 7 Juli 2011 di auditorium Uncen Jayapura adalah Konferensi Perdamaian yang telah menghasilkan sejumlah rekomendasi Juru runding  West Papua terhadap pemerintah RI. Dan sejumlah west Papuan leaders di ULMWP merupakan juru runding hasil rekomendasi kegiatan yang difasilitasi sendiri oleh Pater Tebay. Now, what the next ? jika ada pemimpin Negara (RI) yang berinisiatif dialog.

ULMWP menjawab :
ULMWP dengan jelas menolak tegas dialog. Okto Mote, Secretary General, Says, “it’s too late. The world knows, that we tired for the negotiations with Indonesia for years. We are only interested when internationally-mediated-negotiation (happens), not dialog. “Internationally-mediated negotiation.


Prespektif Pribadi
 
Membaca prospek dialog sektoral ini, tidak akan mengubah atau memperbaiki apapun untuk orang asli Papua kedepan. Dialog sektoral ini sama halnya revisi Undang-Undang Otonomi Khusus Papua yang dsebut Otsus Plus dipengujung kekuasaan direzim SBY namun tidak ada hasilnya hingga hari ini, kemdan disebut DIALOG SEKTORAL.  Otsus Plus kala itu dengan semangatnya memperbaiki sector-sektor yang direncanakan menjadi topic dialog saat ini namun hasilnya tidak terealisasi, mengapa. Jawaban sederhana yaitu. Satu. Mayoritas korban pelanggaran HAM, korban kekejaman sejarah tidak benar-benar mendukung komitment politik tersebut, berikutnya kedua, Pemerintah masih terlalu phobia hingga setengah hati membuat kebijakan Negara untuk papua, dan ketiga, militer masih mendominasi berbagai sector di Papua dengan klaim menjaga NKRI harga mati.

What happened ??..Kita menunggu perkembangan drama ini kedepan**_black_fox

Notes : tulisan ini didedikasikan untuk generasi muda papua, sebagai referensi berpikir (wacana) kritis di dalam Negara dan menjadi bagai dari the rights to freedom on expression and opinion . 

Sumber posting : artikel pribadi