WELCOME TO MY PERSONAL BLOGER : "FOY, TABEA, TAOP SONG, MAHIKAI, SWEII, AMULE MENO, NAYAK, WAINAMBEY, ACEM AKWEI, ABRESO..!!

Minggu, September 24

"Cerpen : Mendung Di Langit Dok II"

            Karya : Julio Sandia

"Kk... bangun dolo, ade lap Kk pu badan dengan air hangat trus Kk makan", ujar Shanty kepada Metu dengan lembut disuatu sore.

Shanty seorang suster muda berparas manis, betapa tidak, campuran darah Sentani, Serui dan Nabire mengalir ditubuhnya. Sebagai suster muda yang baru tamat pendidikan keperawatan dengan segudang cita-cita, Shanty lalu mendedikasikan dirinya, untuk menjadi seorang perawat di Rumah Sakit Pemerintah di Kota ini, dan Metu adalah salah satu pasien rawat inap yang harus opname selama satu bulan karena mengalami kecelakaan lalulintas dan kedua kakinya patah tulang.


Sebagai pasien patah tulang kaki, Metu sangat terbatas dalam bergerak, sehingga sangat bergantung pada keluarga yang menjenguk dan menjaga, terutama para suster yang silih berganti memberikan perawatan secara baik penuh kesabaran. Banyak di Kota ini, tapi dengan kesibukan masing-masing, kadang tidak sempat untuk datang membesuk (mengunjungi) ataupun menjaganya. 

"Say... kaki sudah digips, untuk sementara blum bisa bangun dari tempat tidur".
"ok.. kalu begitu tetap tenang dan ikuti apa yang diarahkan oleh dokter atau petugas disitu, sa masih banyak tugas kuliah, nanti kalu ada libur baru sa ke Jayapura lihat ko"

demikian, bunyi pesan singkat antara Metu dan Siska kekasihnya yang sedang menempuh kuliah di sebuah Universitas di Kota Manokwari. Sejak sekian lama menjalin cinta, Siska adalah satu-satunya pujaan hati Metu, meski Metu adalah seorang pemuda yang tampan, namun baginya Siska adalah segala galanya buah hatinya, dan curahan kasih sayanganya. 

Selama dirawat di Rumah Sakit di Kota Jayapura ini, siska belum sempat sekalipun datang menjenguk Metu, karena kesibukan kampusnya.

Ditengah kesendirian dan keluarga yang jarang datang mengunjungi, Metu lebih banyak menghabiskan waktunya seorang diri, dibantu para perawat yang baik dan tulus dalam mendedikasikan diri dalam pelayanan.

"Kk... keluarga su jarang datang eee..???, Kk su telpon mereka ka ?
"Iyo ade dong semua sibuk jadi mau bagemana"
"Iya suda, kk tetap tenang ee, supaya lekas baikan dan kk bisa pulang, kalo ada perlu apa-apa bilang saja, nanti ade bantu" ujar Shanty dengan senyum lembut yang bagi Metu adalah obat utama pelipur kesedihanya.

Sekian lama merawat pasien bernama Metu ini, ditambah rasa iba karena keluarga yang jarang menjenguk membuat hati Shanty sedih. kian lama dengan penuh kesabaran memberikan perawatan dan berkomuniasi secara intens, Shanty menyadari bahwa sesungguhnya Metu adalah pribadi yang baik, tidak pernah mengeluh, dan selalu memberikan pembelaan terhadap keluarganya bila ada petugas yang bertanya mengapa keluarga jarang sekali mengunjungi dan menjaga. Dari rasa iba itu pula, Shanty kadang menyisihkan gaji perawatnya untuk membelikan pakean, dan beberapa kebutuan pribadi bagi Metu, pasienya.

"Kk.. kemarin dokter bilang minggu ini kk suda bisa pulang, kk kase tau keluarga suda" ujar Shanty suatu ketika dengan nada datar, seolah ingin menyembunyikan perasaanya. suda barang tentu Shanty akan berpisah dari pasiennya, ada rasa bahagia karena pasiennya sudah bisa pulang, namun juga terbesit sedikit rasa kehilangan, sekian lama bersama.... benih benih rasa itu mulai tumbuh.

"Io, dokter su kastau, sa su telpon keluarga dorang, nanti sa pu pacar datang dari Manokwari jemput saya" ungkap metu dengan riang dan berbinar binar tanpa menyadari ada hati yang rawan dan gersang di sampingnya, sang suster Shanty.

Shanty membuang muka, menyembunyikan berbagai rasa yang berkecamuk di dalam hatinya. waktu yang dinanti Metu-pun tiba, segalahnya urusan administrasipun beres, malah sebagian dibantu oleh Shanty, namun Metu tidak mengetahuinya.

Siska sang kekasih pun sudah tiba dari Manokwari.

"Sayang.. baju banyak sampe, baru ka"
 "Io, dari tanta dong di dok sembilan", jawab Metu. 

Metu tidak berani memberi tahu bila baju baju tersebut sesungguhnya adalah pemberian dari Shanty, suster yang setia merawatnya.

"terima kasih banyak suster, sa pamit dulu", ujar Metu pada Shanty.
"oh... ini suster yang merawat Kk Metu yah, makasih ee sudah membantu, saya Siska, Kk Metu punya calon isteri", ujar Siska dengan mantap sambil mengulurkan tangan menyalami Shanty. Shanty membalas uluran tangan tersebut dengan senyum manisnya.

"sama sama, Kk Metu jangan terlalu bergerak ya, juga diperhatikan makannya" pesan Shanty kepada Siska.

Metu dan Siska pun pergi dan berlalu meninggalkan Rumah sakit dok II Jayapura, diiringi tatapan sayu dari Shanty, tak terasa air mata jatuh dipipinya, sekian alam merawat Metu, Shanty telah jatuh hati, cintanya telah tertambat pada sosok Metu, pemuda Papua yang manis, tabah dan tidak pernah mengeluh dalam kesendiriannya selama di rumah sakit.
Dalam hatinya Shanty berbisik " Siska.. ko beruntung sekali punya Kk Metu, andai ko tidak mau liat dia, saya mau sayang dia".

Shanty menyadari, pasien yang dirawat dengan kasih sayang, sampai menyisihkan gajinya pula, adalah milik orang lain.

Dalam hati Shanty berdoa agar Metu bahagia dan disayangi oleh Siska dengan baik.

Hati Shanty yang mendung tertutup awan kelabu, bersandar di dinding Rumah Sakit meratapi rasa yang baru tumbuh dan harus sirna.

andai Metu tahu .....Black_Fox

-------------------------------------------------------------------------------

Ini adalah cerita rekaan semata, foto ilustrasi diperankan model.
September 2017, Di tepian Teluk Youtefa.

Sumber Posting ini diakses dari Facebook : Julio Sandia dan sudah mengkonfirmasi ijin membagi ke blog ini. seluruh isi dan foto adalah karya yang bersangkutan. 

Ucapan terima kasih, teruntuk Saudara @julio sandia atas cerpen ini.